Setiap kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan berpotensi menimbulkan risiko jika bahan tidak dikendalikan. Zat kimia bisa bermigrasi ke produk dan memengaruhi keamanan, rasa, serta umur simpan. Dengan memahami kriteria teknis dan regulasi yang berlaku, pemilihan bahan kemasan bisa dilakukan secara terukur, bukan hanya berdasarkan estetika atau biaya.
Kerangka regulasi dan standar untuk kemasan kontak makanan
Langkah pertama adalah memastikan acuan yang dipakai sesuai persyaratan di Indonesia. Untuk kemasan pangan, acuan utama berasal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Standar Nasional Indonesia (SNI), dan regulasi khusus untuk material seperti plastik atau kertas.
Secara umum, standar menekankan tiga hal: keamanan migrasi zat, kesesuaian fungsi dengan jenis produk, dan integritas kemasan selama distribusi. Peraturan mengatur batas migrasi keseluruhan (overall migration) serta migrasi spesifik dari monomer, logam berat, dan bahan tambahan lain.
Untuk menilai kepatuhan, gunakan pedoman BPOM terkait kemasan pangan yang memuat batas bahan berbahaya, metode uji, dan persyaratan pelabelan. Informasi dan regulasi dapat dilihat di situs resmi BPOM di pom.go.id.
Kriteria teknis pemilihan bahan untuk kontak makanan
Pemilihan bahan tidak cukup berdasar tampilan atau kekuatan mekanis. Setiap kandidat perlu dinilai berdasarkan interaksinya dengan produk, kondisi proses, serta skenario distribusi dan penyimpanan.
Beberapa kriteria teknis utama yang perlu diperhatikan antara lain:
- Ketahanan terhadap suhu proses: Kemasan untuk pasteurisasi atau sterilisasi harus tahan suhu tinggi tanpa melepaskan zat berbahaya.
- Ketahanan terhadap lemak, asam, dan alkohol: Produk berlemak atau asam cenderung meningkatkan migrasi komponen dari plastik atau tinta cetak.
- Permeabilitas terhadap oksigen dan uap air: Untuk produk renyah atau mudah teroksidasi, kemampuan barrier menentukan jenis film atau lapisan yang diperlukan.
- Kompatibilitas sensori: Bahan kemasan tidak boleh menimbulkan bau atau rasa asing, terutama pada produk berprofil rasa halus.
- Stabilitas dimensi: Kemasan harus mempertahankan bentuk dan kekuatan saat pengisian, penyimpanan, dan pengiriman.
Misalnya, untuk gorengan beku diperlukan kombinasi lapisan plastik dengan barrier lemak baik dan ketahanan suhu dari pembekuan sampai penyajian. Untuk minuman asam dalam botol, pilih material yang tahan korosi kimia dan kompatibel dengan proses hot-fill bila dipakai.
Jenis bahan utama dan risiko migrasi yang perlu dikendalikan
Berbagai material memiliki profil risiko berbeda terhadap keamanan kontak makanan. Memahami karakteristik utama membantu menyaring opsi sebelum uji laboratorium.
1. Plastik
Plastik seperti PET, HDPE, PP, dan PVC banyak dipakai untuk botol, tray, dan film. Risiko muncul dari monomer sisa, plasticizer, dan stabilizer yang bisa bermigrasi ke makanan. Oleh sebab itu, pastikan:
- Bahan baku termasuk dalam daftar positif (positive list) bahan yang diizinkan untuk kontak pangan.
- Produsen plastik menyertakan sertifikat uji migrasi (overall dan specific migration) sesuai kondisi penggunaan.
- Tidak menggunakan kembali plastik non-food grade sebagai bahan baku kemasan primer.
2. Kertas dan Karton
Kertas dan karton sering dipakai untuk kemasan sekunder, tapi bisa juga menjadi kemasan primer bila dilaminasi atau dilapisi. Risiko utama berkaitan dengan kontaminan dari serat daur ulang, tinta, dan perekat. Untuk kontak langsung, pastikan:
- Sumber serat diketahui dan terkendali, idealnya menggunakan pulp virgin untuk kontak langsung.
- Tinta dan perekat dinyatakan food grade dengan batas migrasi yang sesuai.
- Jika memakai kertas daur ulang, gunakan lapisan penghalang yang cukup untuk mencegah migrasi kontaminan.
3. Logam (Aluminium dan Baja)
Kaleng, tutup logam, dan foil aluminium memberikan perlindungan barrier yang baik. Risiko berasal dari korosi dan migrasi logam berat. Biasanya dipakai lapisan pelindung (lacquer) pada sisi yang kontak makanan. Verifikasi yang perlu dilakukan meliputi:
- Kesesuaian jenis lacquer untuk produk asam, berlemak, atau mengandung alkohol.
- Uji migrasi logam seperti timbal, kadmium, dan timah sesuai batas regulasi.
- Stabilitas lapisan pelindung selama proses pemanasan dan penyimpanan.
4. Kaca
Kaca cukup inert dan risikonya rendah, sehingga sering dipilih untuk produk premium atau sensitif. Tantangannya adalah berat, risiko pecah, serta kebutuhan desain yang cocok dengan proses filling dan penutupan. Meskipun aman, tetap perhatikan kebersihan, kualitas tutup, dan integritas segel.
Dalam semua kategori, interaksi antara substrat kemasan, tinta cetak, perekat, dan lapisan sealing perlu dinilai sebagai satu sistem. Dari sisi visual, penentuan warna, tata letak, dan informasi label harus diseimbangkan dengan persyaratan teknis agar strategi desain kemasan yang aman tetap mendukung kepatuhan.
Langkah praktis validasi bahan sesuai standar kualitas
Setelah kandidat bahan dipilih, lakukan validasi secara sistematis supaya keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, sesuai standar kualitas kemasan, dan terdokumentasi. Validasi yang baik juga mempermudah audit internal maupun eksternal.
Beberapa langkah praktis yang dapat diterapkan antara lain:
- Pengumpulan dokumen teknis dari pemasok: Minta spesifikasi teknis, pernyataan kesesuaian untuk kontak makanan (declaration of compliance), dan hasil uji migrasi yang relevan.
- Penilaian kesesuaian dengan produk spesifik: Cocokkan kondisi uji pemasok dengan kondisi nyata, misalnya jenis makanan, suhu proses, dan lama penyimpanan.
- Uji konfirmasi di laboratorium: Lakukan uji tambahan bila ada celah, misalnya untuk produk dengan formulasi unik atau kondisi proses ekstrem.
- Studi penyimpanan (shelf-life study): Pantau perubahan sensori, fisik, dan mikrobiologis untuk menilai stabilitas produk dalam kemasan terpilih.
- Dokumentasi dan peninjauan berkala: Simpan seluruh rekam jejak pengujian dan tinjau ulang jika ada perubahan formula, proses, atau pemasok.
Di lingkungan yang sudah menerapkan sistem manajemen keamanan pangan seperti ISO 22000 atau FSSC 22000, pemilihan dan validasi bahan kemasan sebaiknya diintegrasikan ke prosedur pembelian, pengembangan produk, dan kajian bahaya. Dengan begitu, pertimbangan kemasan tidak terpisah dari pengendalian risiko menyeluruh.
Dengan pendekatan yang terstruktur terhadap bahan kemasan, keputusan teknis menjadi lebih terukur dan mendukung pengelolaan risiko keamanan pangan jangka panjang.
Pelajari standar kualitas kami: https://gpack.co.id
