Banyak tim produk sudah beralih ke kemasan yang tampak lebih hijau, tetapi sulit membuktikan apakah jejak lingkungannya benar-benar turun. Audit Life Cycle Assessment (LCA) mengganti asumsi dengan data, sehingga keputusan soal kemasan ramah lingkungan jadi terukur, dapat dipertanggungjawabkan, dan lebih mudah dikomunikasikan ke pemangku kepentingan.
Menyiapkan audit LCA untuk kemasan
Sebelum perhitungan dimulai, audit LCA yang efektif membutuhkan tujuan dan ruang lingkup yang jelas. Tanpa itu hasil bisa bias dan sulit dibandingkan antar opsi kemasan.
1. Tetapkan tujuan bisnis dan batas studi
Mulai dengan satu pertanyaan utama, misalnya: “Apakah mengganti plastik multilayer ke kertas berlapis bioplastik menurunkan emisi per 1.000 produk terjual?” Tujuan seperti ini mengarahkan Anda pada data yang relevan, bukan sekadar angka emisi yang sulit diartikan.
Tentukan pula:
- Unit fungsional: misalnya per 1 liter minuman yang dikemas atau per 1.000 kemasan siap jual.
- Batas sistem: apakah hanya cradle-to-gate (dari bahan baku sampai pabrik) atau cradle-to-grave (termasuk distribusi, penggunaan, dan akhir masa pakai).
- Area dampak: jejak karbon (CO₂e), konsumsi air, energi, atau kombinasi beberapa indikator.
2. Pilih skenario kemasan yang akan dibandingkan
Audit LCA paling bermanfaat saat Anda membandingkan beberapa opsi kemasan secara konsisten. Contohnya: kemasan plastik fleksibel saat ini vs kertas berlapis film tipis vs refill dalam botol yang bisa dipakai ulang.
Susun asumsi yang jelas untuk setiap skenario, misalnya tingkat kebocoran produk, tingkat daur ulang realistis di Indonesia, dan perubahan berat kemasan. Asumsi ini harus terdokumentasi supaya bisa diaudit ulang nanti.
Menjalankan dan menindaklanjuti audit
Setelah tujuan dan skenario jelas, fokus beralih ke data dan interpretasi. Kualitas data dan kesesuaiannya dengan operasi Anda akan menentukan akurasi hasil.
3. Kumpulkan data siklus hidup dari rantai pasok
Mulai dari data internal yang mudah diakses, lalu ambil data dari pemasok kunci. Jenis data yang biasanya diperlukan antara lain:
- Bahan baku: jenis resin plastik, kertas, tinta, adhesive, gramatur, dan komposisi campuran.
- Produksi kemasan: konsumsi listrik dan bahan bakar, scrap rate, dan efisiensi mesin.
- Distribusi: jarak pengiriman, moda transportasi, dan berat per kemasan.
- Akhir masa pakai: kemungkinan didaur ulang, dikomposkan, atau berakhir di TPA.
Jika beberapa data sulit diperoleh, gunakan database LCA yang diakui dan tandai bagian yang memakai data sekunder. Untuk kemasan pangan, pastikan data bahan sesuai standar keamanan, misalnya saat Anda memilih bahan aman untuk kontak makanan, supaya keputusan lingkungan tidak mengorbankan keamanan produk.
4. Jalankan perhitungan LCA dan uji sensitivitas
Gunakan perangkat lunak LCA atau konsultan yang memiliki akses ke database terverifikasi. Susun model untuk setiap skenario dengan unit fungsional yang sama agar hasil sebanding.
Setelah mendapat angka dampak, lakukan uji sensitivitas sederhana:
- Ubah asumsi tingkat daur ulang (misalnya 5%, 20%, 50%).
- Simulasikan variasi berat kemasan, misalnya pengurangan 5% atau 10%.
- Lihat pengaruh penggantian moda transportasi, seperti truk ke kereta.
Uji ini membantu Anda memahami faktor yang paling berpengaruh, sehingga tidak terjebak mengoptimalkan hal kecil yang nyaris tidak mengubah total dampak.
5. Interpretasi hasil dan terjemahkan jadi keputusan desain
Angka emisi dan grafik hanya berguna jika diubah menjadi keputusan desain yang konkret. Fokus pada tiga pertanyaan utama:
- Di mana hotspot dampak terbesar? Apakah pada produksi resin plastik, energi proses printing, atau akhir masa pakai karena sulit didaur ulang?
- Intervensi mana yang paling efektif? Misalnya mengganti struktur multilayer yang tidak dapat dipisah menjadi monomaterial yang cocok dengan fasilitas daur ulang lokal.
- Apa konsekuensi ke operasi dan kualitas produk? Penurunan berat kemasan tidak boleh meningkatkan kerusakan produk saat distribusi.
Gabungkan temuan dalam rekomendasi terstruktur, misalnya rencana 12 bulan yang mencakup uji coba bahan, penyesuaian desain, dan validasi di pabrik. Libatkan tim kualitas, keuangan, dan legal agar setiap perubahan tetap layak dan sesuai regulasi di Indonesia.
Mengintegrasikan LCA ke strategi kemasan jangka panjang
Audit LCA bukan kegiatan sekali jalan. Ulangi audit saat ada perubahan besar pada bahan, pemasok, atau desain produk supaya inovasi kemasan baru bisa diukur dan dibandingkan dengan baseline historis.
Untuk menjaga konsistensi, buat template internal berisi daftar data wajib, asumsi standar, dan format ringkasan hasil. Template ini mempercepat audit baru dan memudahkan komunikasi hasil ke manajemen serta mitra retail.
Terakhir, gunakan narasi berbasis data dari LCA untuk memperkuat komunikasi keberlanjutan, tetapi hindari klaim berlebihan yang bisa dianggap greenwashing. Jelaskan batas studi, asumsi utama, serta area yang masih perlu ditingkatkan agar perjalanan menuju kemasan yang lebih bertanggung jawab terlihat apa adanya.
Jika proses lima langkah ini sudah menjadi kebiasaan, keputusan desain kemasan akan lebih tenang karena ditopang data dan bukan sekadar tren.
Pelajari opsi ramah lingkungan: https://gpack.co.id
