Budget terbatas? Trik menghemat biaya saat memilih kemasan makanan

Banyak pelaku usaha makanan merasa biaya kemasan seperti kebocoran pelan yang terus menggerus margin. Dengan penyesuaian sederhana, Anda bisa memangkas pengeluaran tanpa mengorbankan tampilan dan keamanan produk.

Artikel ini membahas langkah praktis menghemat biaya saat memilih kemasan, mulai menentukan prioritas, menghindari fitur tak perlu, hingga mengatur pola pembelian agar arus kas tetap sehat.

Tentukan prioritas: fungsi, tampilan, atau fleksibilitas

Sebelum membandingkan harga, tentukan fungsi utama kemasan untuk produk Anda. Apakah fokus menjaga suhu, menahan minyak, atau menonjolkan merek di rak.

Untuk makanan berkuah panas seperti sop atau bakso, prioritas utama adalah tahan bocor dan mempertahankan suhu. Untuk kue kering, ketahanan terhadap kelembapan dan tampilan rapi lebih penting.

Buat daftar singkat kriteria berikut untuk setiap produk:

  • Keamanan pangan: aman kontak makanan, tidak mudah luntur atau sobek.
  • Fungsi logistik: mudah disusun, tidak memakan tempat, kuat saat pengiriman.
  • Pengalaman konsumen: mudah dibuka, tidak berlapis-lapis, tetap rapi.
  • Visual dasar: cukup ruang untuk logo, informasi produk, dan label.

Setelah itu, urutkan dari paling penting ke kurang penting. Kemasan yang indah tapi meningkatkan ongkos kirim bisa kalah efisien dibanding kemasan sederhana yang ringan dan ringkas.

Pilih bahan dan desain yang efektif, bukan yang paling mewah

Biaya kemasan sering naik karena bahan dan desain dipilih berdasarkan tampilan, bukan efisiensi total. Pendekatan minimalis yang terukur lebih membantu.

Pertimbangkan beberapa alternatif bahan yang umum di Indonesia:

  • Kertas food grade: cocok untuk camilan kering, roti, dan pastry; ekonomis, mudah dicetak, dan tampak rapi.
  • Plastik PP atau PE: kuat, tahan air dan minyak, tersedia banyak ukuran, biasanya paling hemat untuk makanan basah.
  • Box karton tipis: cocok untuk produk premium yang butuh tampilan rapi; bisa dikombinasikan dengan inner plastik atau kertas.

Tidak selalu perlu kemasan berlapis. Misalnya untuk nasi kotak, kombinasi kotak mika bening dan stiker sederhana sering cukup dibanding box tebal dengan sleeve penuh warna yang menaikkan harga satuan.

Beberapa cara menghemat tanpa mengurangi kualitas:

  • Gunakan satu desain untuk beberapa varian rasa agar biaya cetak per desain lebih rendah.
  • Manfaatkan stiker untuk informasi dan branding, alih-alih cetak full color langsung pada box.
  • Pilih satu atau dua ukuran kemasan serbaguna, daripada banyak ukuran yang jarang dipakai.
  • Uji ketebalan bahan: cari titik tengah antara kekuatan cukup dan harga terbaik, jangan otomatis pilih yang paling tebal.

Lakukan uji coba kecil: beli beberapa jenis kemasan dari pemasok berbeda, pakai selama 1 sampai 3 hari produksi, lalu catat tingkat kerusakan, keluhan pelanggan, dan kecepatan packing. Dari situ, Anda bisa menilai mana yang paling efisien dari sisi biaya dan operasional.

Optimalkan cara beli: kuantitas, frekuensi, dan pemasok

Harga per buah kemasan sangat dipengaruhi oleh cara beli. Bukan hanya soal murah per dus, tetapi juga bagaimana pola pembelian memengaruhi arus kas, ruang gudang, dan risiko stok tidak terpakai.

Beberapa prinsip praktis yang bisa diterapkan:

  • Hitung kebutuhan rata-rata bulanan dari data penjualan 3 sampai 6 bulan terakhir, lalu tambahkan buffer 10 sampai 20 persen.
  • Bandingkan harga pembelian eceran, grosir sedang, dan grosir besar. Kadang membeli sedikit lebih banyak dengan harga grosir menurunkan biaya per porsi secara signifikan.
  • Perhatikan biaya kirim. Diskon harga kemasan bisa hilang jika ongkir terlalu sering dan kecil-kecil.

Untuk usaha dengan volume stabil, kerja sama dengan mitra kemasan yang konsisten memasok membantu mengunci harga selama periode tertentu, sehingga Anda tidak terlalu terpukul saat bahan baku naik.

Tata letak gudang juga memengaruhi efisiensi. Kemasan yang paling sering dipakai sebaiknya ditempatkan mudah dijangkau, sehingga proses packing lebih cepat dan risiko salah ambil ukuran berkurang.

Nego sederhana dengan pemasok bisa membantu: tanya apakah ada diskon untuk pembayaran lebih cepat, harga khusus untuk kontrak 3 atau 6 bulan, atau alternatif bahan yang lebih ekonomis untuk produk Anda.

Ukur biaya kemasan per porsi, bukan per pak

Banyak pengusaha hanya melihat harga per pak atau per dus tanpa menghitung dampaknya ke margin per porsi. Selisih seratus rupiah per kemasan bisa besar saat terjual ratusan porsi setiap hari.

Cara sederhananya, lakukan langkah ini:

  • Catat harga satu dus/pack dan jumlah kemasan di dalamnya.
  • Hitung harga per buah: total harga dibagi jumlah isi.
  • Masukkan angka tersebut ke perhitungan HPP per porsi, lalu lihat persentasenya terhadap harga jual.

Contoh: jika harga jual satu porsi Rp20.000 dan biaya kemasan Rp1.000, berarti kemasan 5 persen dari harga jual. Jika Anda turunkan ke Rp700 tanpa mengurangi kualitas, margin naik tanpa menaikkan harga pelanggan.

Gunakan catatan ini untuk memutuskan apakah suatu kemasan layak dipertahankan. Jika desain cantik meningkatkan biaya kemasan per porsi di atas target, pertimbangkan opsi lebih sederhana atau pakai desain tersebut hanya untuk menu dengan margin lebih tinggi.

Terakhir, pantau keluhan pelanggan terkait kemasan: tutup gampang lepas, makanan tumpah, atau kemasan susah dibuka. Jika banyak komplain, biaya tersembunyi seperti refund, penggantian, dan reputasi turun bisa jauh lebih mahal dibanding penghematan beberapa rupiah di awal.

Dengan menggabungkan prioritas fungsi yang jelas, pilihan bahan yang tepat, pengaturan pembelian yang rapi, dan perhitungan biaya per porsi, Anda bisa menghemat cukup banyak tanpa mengurangi kenyamanan pelanggan.

Jika langkah-langkah ini mulai terasa pas untuk usaha Anda, lanjutkan dengan meninjau ulang pilihan kemasan secara berkala agar biaya tetap terkendali.

Pelajari pilihan kemasan kami: https://gpack.co.id

Comments are disabled.