Banyak produk makanan rumahan sebenarnya enak, tetapi sulit bersaing karena kemasannya kurang tepat. Dengan kemasan yang sesuai, rasa lebih terjaga, tampilan lebih meyakinkan, dan produk lebih mudah dibawa atau dikirim ke pelanggan.
Artikel ini menjelaskan cara menilai bahan kemasan, ketahanannya, dan kecocokan dengan jenis makanan yang Anda jual. Tujuannya agar Anda bisa mengurangi risiko kerusakan makanan, menjaga keamanan pangan, dan tetap efisien dari sisi biaya.
Kenali sifat makanan sebelum memilih bahan kemasan
Sebelum menentukan jenis kemasan, periksa dulu karakter produk Anda. Kesalahan umum adalah memilih kemasan hanya dari bentuk atau harga tanpa mempertimbangkan interaksi antara makanan dan kemasan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab:
- Apakah makanan berkuah, berminyak, atau kering?
- Apakah disajikan panas, hangat, atau dingin/beku?
- Berapa lama estimasi waktu dari penyiapan sampai dikonsumsi pelanggan?
- Apakah sering dikirim lewat kurir atau lebih banyak diambil langsung?
Misalnya, nasi kotak untuk acara kantor butuh kemasan yang kuat menahan panas, uap, dan minyak selama 2–4 jam. Sementara cookies kering yang dikirim jauh perlu kemasan kedap udara agar kerenyahannya tetap terjaga meski ada guncangan selama perjalanan.
Dengan memahami karakter ini, Anda punya dasar lebih kuat untuk memilih bahan kemasan yang tepat secara teknis, bukan hanya karena tampilannya menarik.
Kelebihan dan kekurangan bahan kemasan umum
Setiap bahan kemasan memiliki keunggulan dan keterbatasan. Mengetahuinya membantu menghindari masalah seperti bocor, lembek, atau kemasan penyok saat dikirim.
Kemasan kertas dan karton
Kertas dan karton populer untuk makanan siap saji dan bakery karena rapi dan terkesan ramah lingkungan. Mereka cocok untuk makanan kering dan semi basah yang tidak terlalu berminyak.
Kelebihan:
- Tampilan estetis dan mudah diberi branding dengan stiker atau cetak langsung.
- Relatif terjangkau untuk produksi massal dalam jangka panjang.
- Disukai konsumen yang peduli lingkungan.
Kekurangan:
- Kurang tahan untuk makanan berkuah atau sangat berminyak tanpa lapisan tambahan seperti coating atau inner plastic.
- Mudah lembek jika terkena uap dan kondensasi dalam waktu lama.
- Kurang cocok untuk produk yang harus disimpan dingin dalam waktu lama.
Contoh pemakaian ideal: pastry, roti, donat, nasi kering (tanpa kuah berlebihan), snack kering, dan makanan untuk konsumsi cepat.
Kemasan plastik (PP, PET, PE, dan sejenisnya)
Plastik masih banyak digunakan di Indonesia karena praktis dan beragam. Pilih jenis plastik sesuai suhu dan jenis makanan.
Beberapa penggunaan plastik yang umum:
- PP (Polypropylene): cocok untuk makanan panas, wadah microwaveable, dan kemasan yang butuh ketahanan panas moderat.
- PET (Polyethylene Terephthalate): sering dipakai untuk botol minuman, cup dingin, dan kemasan makanan dingin.
- PE (Polyethylene): umum digunakan untuk kantong plastik dan inner wrap.
Kelebihan plastik:
- Tahan air dan minyak, cocok untuk makanan berkuah atau berminyak.
- Kuat, ringan, dan aman untuk pengiriman jarak jauh.
- Banyak ukuran dan bentuk, sehingga fleksibel untuk berbagai produk.
Kekurangan plastik:
- Isu lingkungan menjadi perhatian pelanggan perkotaan.
- Jika jenis plastik tidak cocok dengan suhu makanan, bisa melengkung atau mengeluarkan bau.
- Beberapa jenis tampak murah jika desain dan kualitasnya kurang baik.
Contoh pemakaian ideal: lauk berkuah, makanan siap saji yang sering dikirim dengan ojol, frozen food, minuman dingin, dan dessert cup.
Kemasan aluminium foil dan multilayer
Kemasan foil atau kombinasi beberapa lapisan seperti plastik plus aluminium biasa dipakai untuk produk dengan umur simpan lebih panjang. Contohnya keripik dalam pouch, kopi, atau frozen food premium.
Kelebihan:
- Sangat baik sebagai penghalang oksigen, cahaya, dan kelembapan.
- Mampu menjaga aroma dan tekstur lebih lama.
- Tampilan bisa dibuat premium dengan finishing matte atau glossy.
Kekurangan:
- Biaya per unit biasanya lebih tinggi.
- Perlu alat sealer yang memadai agar penutupan rapat.
- Tidak transparan sehingga isi tidak langsung terlihat pelanggan.
Bahan ini cocok untuk produk yang dijual lewat marketplace, dikirim ke luar kota, atau stoknya tidak berputar harian.
Menilai ketahanan: suhu, durasi simpan, dan distribusi
Setelah memahami karakter makanan dan bahan kemasan, langkah berikutnya adalah menilai ketahanan berdasarkan kondisi nyata. Banyak usaha kuliner melayani kombinasi makan di tempat, dibawa pulang, dan dikirim via layanan antar.
Lima faktor ketahanan yang perlu Anda cek:
- Suhu makanan: pastikan kemasan tidak mudah berubah bentuk atau mengeluarkan bau saat terkena panas.
- Kelembapan dan minyak: kemasan harus cukup rapat agar bumbu, kuah, dan minyak tidak bocor.
- Lama perjalanan: untuk pengiriman lebih dari 30–60 menit, pilih kemasan yang kuat menahan guncangan.
- Cara penataan: apakah kemasan akan ditumpuk, dimasukkan ke kardus besar, atau dibawa terpisah.
- Cara simpan pelanggan: misalnya produk frozen yang masuk freezer, atau snack yang disimpan di suhu ruang.
Contoh, usaha katering harian yang mengirim 100 porsi per hari lewat kurir perlu kemasan nasi dan lauk yang tidak mudah penyok saat ditumpuk. Sebaliknya, produsen sambal botolan harus memastikan botol tahan dikirim antar kota, tidak rembes, dan label tetap terbaca.
Jika budget terbatas, Anda bisa mengombinasikan kemasan utama dengan pelengkap sederhana. Misalnya inner plastik tipis untuk memisahkan kuah, lalu dimasukkan ke kotak kertas. Strategi ini sering dipakai pelaku usaha yang ingin menghemat biaya tanpa mengorbankan keamanan makanan, seperti dibahas pada panduan menghemat biaya saat memilih kemasan.
Tips praktis supaya kemasan lebih efisien dan konsisten
Supaya keputusan kemasan tidak berubah-ubah dan tidak membingungkan tim produksi, buat standar sederhana. Standar ini membantu mengontrol biaya, memudahkan stok, dan menjaga pengalaman pelanggan konsisten.
Beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan:
- Buat daftar menu dan pasangkan dengan jenis kemasan
Contoh: nasi bento di box kertas coating, lauk kuah di cup PP kecil, snack kering di pouch standing ziplock. - Uji coba dalam skala kecil
Pesan beberapa jenis kemasan dan lakukan simulasi: isi makanan panas, goyang-goyang seperti di perjalanan, diamkan 2–3 jam, lalu cek hasilnya. - Gunakan maksimal 2–3 tipe utama
Terlalu banyak variasi menghambat stok dan pengemasan. Fokus pada tipe yang paling sering dipakai. - Cantumkan informasi penting di kemasan
Misalnya tanggal produksi, saran cara simpan, atau instruksi pemanasan ulang sederhana agar pelanggan lebih yakin. - Perhatikan standar keamanan pangan
Pastikan pemasok menyatakan produknya food grade. Hindari kemasan yang berbau menyengat atau mudah luntur warnanya saat terkena minyak.
Evaluasi kemasan secara berkala. Jika sering ada komplain bocor, bentuk rusak, atau tampilan tidak rapi setelah dikirim, itu tanda bahwa sudah waktunya menyesuaikan bahan dan desain kemasan.
Dengan memahami karakter produk, sifat setiap bahan, dan kebutuhan distribusi, Anda dapat menyusun strategi kemasan yang lebih tahan, aman, dan sesuai kapasitas usaha Anda.
Jika sudah menilai faktor-faktor di atas, langkah berikutnya adalah menyusun standar kemasan yang paling sesuai untuk kondisi usaha Anda saat ini.
Pelajari pilihan kemasan kami: https://gpack.co.id
